Kamis, 31 Juli 2025

Pentingnya Mengembalikan Memori Kolektif Terhadap Sejarah Bangsa Indonesia

Zainul Azhar - Kamis, 24 Juli 2025 18:30 WIB
Pentingnya Mengembalikan Memori Kolektif  Terhadap Sejarah Bangsa Indonesia
Jakarta, MPOL - Pentingnya mengembalikan memori kolektif terhadap sejarah bangsa Indonesia dalam konteks global, khususnya melalui peristiwa Konferensi Asia Afrika dan gagasan Konferensi of the New Emerging Forces (CONEFO) demikian Anggota Komisi X DPR RI Bonnie Triyana mengatakan dalam Dialektika Demokrtasi "Spirit Conefo dan Relevansinya dengan Masa Kini, Kamis (24/7) di DPR RI Jakarta.

Baca Juga:
Menurutnya presentasinya tentang Asia-Afrika diakui sebagai salah satu yang terbaik oleh institusi tersebut. "Kita berada di gedung yang dulunya bukan dirancang sebagai gedung parlemen, tapi sebagai tempat konferensi kekuatan baru dunia — Conference of the New Emerging Forces." Ia menyoroti bahwa semangat anti-kolonialisme dan solidaritas global bangsa-bangsa Asia-Afrika lahir jauh sebelum kemerdekaan Indonesia, dari interaksi intelektual para aktivis di Eropa pada era 1920-an.

"Nasionalisme Indonesia tidak lahir semata-mata sebagai reaksi terhadap kolonialisme Belanda, tapi juga dari pergaulan para pemikir Asia dan Afrika di luar negeri." Nama-nama tokoh seperti Bung Hatta, Sam Ratulangi, dan Arnold Mononutu sebagai figur penting dalam jaringan internasional pembebasan bangsa. Bonnie juga menyoroti pentingnya memori kolektif bangsa, yang menurutnya "hilang dari ruang publik." Misalnya, banyak nama jalan diambil dari tokoh-tokoh bersejarah, namun masyarakat tidak tahu siapa mereka sebenarnya.

Konferensi Asia Afrika 1955 bukan sekadar peristiwa diplomatik, melainkan sebuah gerakan lintas profesi dan negara. Gerakan ini melahirkan berbagai organisasi masyarakat sipil seperti asosiasi jurnalis, dokter, pengarang, hingga pengacara Asia-Afrika.

Ia juga menyinggung Conefo sebagai kelanjutan dari semangat Asia-Afrika. "Conefo dirancang sebagai bentuk perlawanan terhadap dominasi barat, termasuk sebagai protes Bung Karno terhadap IOC yang menolak keikutsertaan Indonesia karena pelarangan Israel dan Taiwan dalam Asian Games 1962." "Indonesia memberikan pelatihan militer dan bantuan logistik. Bahkan dua tokoh dari Afrika Selatan datang ke Konferensi Bandung sebagai observer dan terinspirasi dari gerakan tersebut. Ini bukan retorika, ini nyata."

Ia menyerukan untuk mengembalikan semangat dan memori sejarah ke dalam ruang publik. "Yang harus dilindungi bukan hanya bangunan, tapi juga gagasan dan spirit besar di baliknya." Gedung DPR saat ini adalah bagian dari proyek besar Bung Karno untuk membangun pusat pertemuan internasional yang memperjuangkan tatanan dunia baru yang adil dan setara."Spirit gedung ini adalah anti-penindasan, spirit kesetaraan."

Ia juga menyinggung peran Indonesia dalam mendukung perjuangan kemerdekaan Aljazair, Palestina, dan Afrika Selatan. Ia mengisahkan tentang Lahdar Brahimi, tokoh kemerdekaan Aljazair yang tinggal di Indonesia dan mendapat dukungan langsung dari Bung Karno, tutur Bonnie Triyana.***

Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News
Editor
: Marini Rizka Handayani
SHARE:
Tags
beritaTerkait
RUU Kepariwisataan Langkah Strategis Atasi Tantangan Sektor Pariwisata
BUMN Jalankan Peran Ganda, Dorong Pertumbuhan dan Layanan Publik
Komisi X DPR RI Tengah Mendalami Penyusunan RUU Sistem Pendidikan Nasional  Dalami RUU Sisdiknas Lewat Dua Panja Strategis
Duta Besar Harus Punya Kualitas Tinggi, Bukan Sekadar Seremonial Politik
Komisi IV: Segera Reformasi Sistem Tata Niaga Produk Pangan 212 Merek Beras Terbukti Dioplos
Anggota DPR RI Dr Maruli Siahaan Dorong Kementerian dan Lembaga Terkait Bangun Sistem Restitusi Lebih Efektif
komentar
beritaTerbaru