, MPOL - Santri adalah julukan untuk seseorang yang mendalami ajaran Islam di institut pendidikan, seperti contoh umumnya pondok pesantren. Kata santri dapat dimaknai juga dengan orang yang rajin ibadah, orang yang saleh atau salehah, dan yang memiliki wawasan islam yang moderat serta toleran. Istilah ini juga merangkum peran santri sebagai penjaga nilai-nilai akidah dan pelopor inovasi di masyarakat, seperti dalam hal moral, dan persatuan bangsa.
Baca Juga:
Pesantren mengajarkan setiap santrinya untuk saling menyayangi kepada sesama, karena sifat saling mengasihi itu wajib dimiliki anak santri. Santri biasanya tumbuh, besar bersama dalam lingkungan yang diatur oleh lembaga. Santri selalu menganggap bahwa santri yang lainnya sudah seperti keluarga sendiri, dan dari ikatan perasaan itu timbul rasa peduli, bahkan dalam diri setiap santri itu harus memiliki sifat saling tolong-menolong atau tenggang rasa.
Santri sudah seharusnya memiliki rasa berkasih sayang terhadap saudaranya, karena mereka tumbuh di satu atap yang sama dan akan terus bertemu. Mereka dibina oleh guru-guru yang sama selama berada di pesantren. Contohnya, seperti ketika ada santri junior yang tidak mengerti pada pelajaran yang ada di kelas, santri senior akan membantu santri junior untuk mempelajari pelajaran yang tidak di mengerti tersebut dengan senang hati dan mau membantu menjelaskan pelajaran yang santri junior agar dipahami.
Jika terjadi permasalahan yang santri tidak dapat selesaikan, maka dia akan melakukan dialog terbuka dengan para pendidik di pesantren tersebut. Rasa ini juga dapat menumbuhkan rasa kasih sayang yang di awali dengan kepedulian seperti ikatan antara anggota keluarga, apalagi ketika santri yang mondok jauh dari kampung halaman, pasti akan merasa kesulitan dan kesusahan, tapi karena semua dilalui bersama, para santri akan mampu menjalani nya dengan tabah dan tenang.
Saling menyayangi dalam lingkup pesantren terbentuk dalam pembinaan akhlak mahmudah, seperti kesabaran, kasih sayang, kejujuran, yang dididik oleh para pendidik di pesantren. Hal ini ditanamkan dalam praktik sehari-hari seperti dalam musyawarah, shalat berjamaah, saling menasehati dalam kebaikan untuk mewujudkan keharmonisan dan rasa persaudaraan, serta saling kerja sama dalam aktivitas kemasyarakatan dalam beragam latar belakang.
Di mata masyarakat Indonesia, santri adalah individu berintegritas tinggi yang memiliki wawasan mendalam tentang nilai islam, cinta tanah air dan menghargai keberagaman, dan juga mewujudkan karakter tangguh seperti, mandiri, dan rendah hati. Mereka aktif dalam mengamati dan mengamalkan ajaran islam, menjalankan nilai-nilai keislaman dalam kehidupan sehari-hari dan terlibat dalam ibadah.
KH. Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus) dan KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menjabarkan santri adalah pondasi bangsa, penjaga nilai-nilai keislaman, garda terdepan dalam pendidikan atau pengetahuan, serta menjadi aspirasi untuk masa yang akan datang. Hal ini jadi acuan penting bahwa pengaruh anak santri terhadap masyarakat sangat berpengaruh, dan juga mampu untuk menjadi pemimpin yang mumpuni. Namun, santri bukan hanya yang berada di pesantren, tetapi santri yang berakhlak mulia layaknya hakikat dari santri itu tersebut.
Santri akan merayakan identitasnya setiap tanggal 22 Oktober. Hari santri menjadi pernyataan penting untuk mengingatkan kembali mengenai peran besar santri dan ulama dalam memperjuangkan proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, serta artisipasi santri dalam membangun moralitas dan nilai-nilai kebangsaan yang solid, ampuh, dan tangguh di kehidupan bermasyarakat.
Hari santri juga bukan hanya sekadar mengingat sejarah, tetapi juga untuk mereflesikan nilai-nilai penting yang digenggam erat oleh para santri.
Nilai-nilai luhur seperti kebersahajaan, kesabaran, kejujuran dan kegigihan. Nilai-nilai ini menjadi tumpuan kuat dalam membangun karakter kebangsaan yang tidak hanya berkecenderungan pada kemajuan material, tetapi juga pada moralitas dan akhlak. Santri yang menuntut ilmu di pesantren, dikenal memiliki konstribusi tinggi dalam mendalami ilmu agama. Namun di era yang semakin canggih ini, peran santri semakin meluas dan berkembang. Peran santri kini tidak hanya dalam faktor keagamaan, tetapi juga dalam beragam sektor kehidupan, mencakup sosial, budaya, pendidikan, politik dan ekonomi.
Hari santri menjadi saat untuk mengingatkan kembali masyarakat dan para santri khususnya bahwa peran santri tidak pernah selesai atau usai. Sejarah mengabadikan dalam tinta kenangan, bahwa santri adalah bagian terpenting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia dan di masa yang akan datang, santri dinantikan untuk terus menginspirasi dan memotivasi dalam menjaga kesempurnaan bangsa, melawan atau memusuhi sikap intoleransi, serta menyongsong evolusi bangsa di berbagai bidang.
Rasa kepedulian pada setiap anak santri ditanamkan dengan kegiatan sosial yang tertata seperti kerja bakti dan pelestarian lingkungan, pembiasaan disiplin dalam kehidupan sehari-hari, dan implementasi nilai-nilai keagamaan seperti kasih sayang, rasa peduli dan keikhlasan serta penataan karakter dari para pendidik pesantren dan santri senior. Pesantren secara giat mendorong santri untuk berpartisipasi dalam beraneka kegiatan kemasyarakatan, seperti pendidikan masyarakat, bakti sosial dan kegiatan kemanusiaan, karena santri juga tentu dibina untuk menyadari amanat Allah swt untuk merawat bumi.
Tingginya rasa solidaritas terhadap santri itu dapat menciptakan keharmonisan serta rasa kekeluargaan. Rasa itu tumbuh karena saling mengasihani dan menyayangi. Tanpa adanya rasa solidaritas dan kepedulian tidak akan tercipta lah kedamaian dalam siklus lingkungan pesantren. Jika adanya perseteruan di lingkungan pesantren, hal ini menyebabkan tidak selaras dengan citra pondok pesantren yang dinilai sesuai dengan syariat agama Islam sejak dulu.
Santri pada jaman dahulu tentu beda dengan santri zaman sekarang. Santri pada jaman lebih fokus dalam mempelajari ilmu-ilmu yang berkaitan dengan ilmu agama saja. Sedangkan santri jaman sekarang memiliki kesempatan belajar yang lebih baik dan luas lagi, hal ini disebabkan bahwa santri jaman sekarang tidak hanya belajar ilmu-ilmu agama, tetapi jga mempelajari ilmu-ilmu ummu yang dipelajari oleh peserta didik di lembaga non pesantren atau lembaga umum. Kenyataan yang sangat menguntungkan ini menjadikan santri lebih memiliki pengetahuan dan keberdayaan dui yang lebih unggul. Hari santri akan menjadi bab pengingat untuk evaluasi-evaluasi keuntungan-keuntungan luar biasa ini.
Para tokoh atau ulama mempunyai pandangan luas mengenai santri, seperti KH. Mustofa Bisri (Gus Mus) mendeskripsikan juga, bahwa santri sebagai murid kiai yang berakhlak mulia, mencintai tanah air dan ilmu, dan juga sayang kepada santri terutama nya. Beliau juga mendeskripsikan bahwa santri itu bukan hanya sebatas santri pada santri lainnya, tapi juga terhadap orang yang di luar pondok yang memiliki akhlak mulia. Ada juga tanggapan ideologis yang melihat santri sebagai orang yang fokus pada akhirat, bertaubat dari dosa, penerus ulama, senang kebaikan dan mengharapkan keselamatan dunia akhirat, akan tetapi santri lebih dari tanggapan itu.
Santri yang menuntut ilmu di pesantren yang juga lembaga pendidikan Islam yang bersifat tradisional dan mempunyai pengaruh yang kuat serta luas dalam kehidupan masyarakat, terutama dalam membentuk dan memelihara kehidupan sosial, budaya, politik dan keagamaan. Santri banyak dicari-cari oleh masyarakat karena keterampilan yang dimiliki masing-masing santri. Contohnya adalah santri mampu mengajarkan ilmu tajwid qur'an pada anak-anak usia dini terkhususnya, atau mengamalkan ilmu fiqihnya pada masyarakat yang membutuhkan pengetahuan dan pemahaman.
Keterampilan yang merupakan bakat yang terus di asah di pesantren yang paling mencolok dari santri adalah keterampilan yang mencakup ilmu umum dan pengetahuan agama, ketangkasan memecahkan suatu permasalahan dan komunikasi, dan juga berjiwa sosial dan berakhlak mahmudah. Santri diklaim sebagai orang yang inovatif, kreatif dan adaptif dalam mengeksploitasi teknologi sekaligus menjaga nilai-nilai Islam, serta memiliki kebolehan dalam menjadi pemimpin masyarakat.
Kemampuan santri mempunyai pengaruh besar yang berguna bagi masyarakat. Santri mampu mendakwah kepada masyarakat mengenai ilmu fiqih, tajwid, tauhid, dan hadits. Kemampuan atau daya jual yang santri miliki sangat bermanfaat bagi khalayak, lebih tepat nya pada kaum ibu-ibu dan bapak-bapak, atau sekalipun untuk para lansia. Sehingga, Santri juga mampu menunjukkan bahwa ilmu agama dan dunia bisa berjalan secara beriringan.
Santri juga dilengkapi kemampuan untuk menyelesaikan masalah dengan memanfaatkan sarana dan pengetahuan yang di miliki, sehingga mereka menjadi terampil di bidang tertentu. Santri juga menjunjung tinggi nilai kejujuran, tanggung jawab, dan kesederhaan serta memiliki sopan santun yang pantas diteladani oleh masyarakat. Santri juga tidak hanya belajar untuk dirinya sendiri, tetapi juga memberikan utilitas untuk lingkungan dan masyarakat, serta menyanjung tinggi makna solidaritas dan kebersamaan.
Santri juga masih memiliki kemampuan lain yang luar biasa dengan adanya salah satu program unggulan yang ditawarkan oleh sebagian besar pesantren di Indonesia adalah program menghafal qur'an, kiroatil kutub, dan tiga bahasa, yaitu Bahasa Inggris, Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia, menjadikan santri lebih produktif dan multitalenta. Bahasa-bahasa ini akan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari santri di pesantren, seperti ketika sedang mengantri saat makan pagi, siang, dan sore, santri akan mengatakan, "ana waroaka ya akhi." atau kalau santri tersebut tidak sabaran karena rasa lapar yang sudah tidak bisa ditoleransi lagi, santri tersebut akan mengatakan, "intadzir daurok."
Santri juga menyukai pelajaran yang dikaitkan dengan syair, atau bahasa lainnya adalah lagu, seperti Nadhom Imrity, syair Alfiah karya Ibnu Malik, Nasihat Waqi' yang diberikan kepada Imam Syafi'i yang sekarang diubah menjadi sebuah syair oleh para santri. Syair-syari ini dapat memotivasi para santri dikala mereka jenuh terhadap pelajaran. Gema suara merdu yang para santri lantunkan ketika mereka dengan kompak bersyair dapat menenangkan hati para pendengarnya. Contoh Nasihat Waqi' untuk Imam Syafi'i seperti dibawah ini.
شكوت إلى وكيع سوء حفظي، فأرشدني إلى ترك المعاصي، وأخبرني بأن العلم نور، و نور الله لا يهدى لعاصي هي الدنيا أقل من القليل وعسفها أذل من الذليل
Santri dengan semua aspek membangun dalam kehidupannya dan pesantren sebagai wadah dalam penerapan aspek-aspek tersebut bukan sekadar pewaris budaya. Santri adalah penjaga masa yang akan datang, dan pesantren sebagai laboratorium untuk menempa masa depan itu. Santri dan pesantren akan terus menjadi komponen terpenting dari pembangunan masyarakat dan bangsa, dengan peran santri sebagai penyalur inovasi, protektor moral, serta penyokong ekonomi dan sosial dalam menghadapi rintangan global dan modernisasi.
Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News
Editor
: Baringin MH Pulungan