Selasa, 30 Desember 2025

Youth and Parapolitics in Post-Authoritarian Indonesia: A Typology of Participation Motivations

Penulis : Fidella Syazwina Siregar & Fatma Thaira
Redaksi - Rabu, 24 Desember 2025 11:22 WIB
Youth and Parapolitics in Post-Authoritarian Indonesia: A Typology of Participation Motivations
, MPOL - Pasca runtuhnya rezim otoritarian Orde Baru, lanskap politik Indonesia mengalami transformasi signifikan yang tidak hanya membuka ruang demokrasi formal, tetapi juga melahirkan berbagai bentuk praktik politik non-konvensional. Dalam konteks ini, keterlibatan pemuda tidak lagi semata-mata terartikulasikan melalui partisipasi elektoral, partai politik, atau organisasi politik formal, melainkan juga melalui ruang-ruang yang berada di antara politik resmi dan kehidupan sosial sehari-hari. Fenomena inilah yang sering disebut sebagai parapolitics—sebuah ranah aktivitas politik yang bersifat informal, kultural, simbolik, dan sering kali beroperasi di luar struktur institusional negara.

Pemuda di Indonesia pasca-otoritarian muncul sebagai aktor sentral dalam praktik parapolitik tersebut. Mereka terlibat dalam gerakan komunitas, aktivisme digital, budaya populer, organisasi kepemudaan, hingga ruang-ruang diskursif berbasis identitas dan solidaritas. Namun, keterlibatan ini tidak bersifat homogen. Motivasi partisipasi pemuda dalam parapolitik sangat beragam dan dipengaruhi oleh kondisi sosial, ekonomi, pengalaman historis, serta relasi kekuasaan yang mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, penting untuk tidak melihat partisipasi pemuda secara tunggal, melainkan memahami keragaman motif yang melatarbelakanginya.

Dalam konteks Indonesia pasca-otoritarian, parapolitik sering menjadi medium alternatif bagi pemuda untuk menegosiasikan keterbatasan politik formal yang dianggap elitis, pragmatis, dan kurang representatif. Sebagian pemuda terdorong oleh motivasi idealistik, seperti dorongan moral untuk keadilan sosial, demokratisasi, dan perubahan struktural. Bagi kelompok ini, parapolitik menjadi ruang ekspresi kritik dan perlawanan simbolik terhadap ketimpangan kekuasaan. Di sisi lain, terdapat pula pemuda yang berpartisipasi karena motivasi pragmatis, seperti perluasan jejaring sosial, peningkatan modal sosial dan politik, atau bahkan sebagai batu loncatan menuju karier politik dan birokrasi.

Selain itu, motivasi partisipasi juga kerap berkelindan dengan pencarian identitas dan pengakuan sosial. Dalam masyarakat pasca-otoritarian yang masih mengalami fragmentasi nilai, parapolitik menjadi arena bagi pemuda untuk membangun rasa memiliki, solidaritas, dan eksistensi kolektif. Aktivisme berbasis isu lingkungan, agama, etnisitas, dan budaya populer memperlihatkan bagaimana politik tidak selalu hadir dalam bentuk kebijakan atau institusi, melainkan dalam praktik sehari-hari yang sarat makna simbolik.

Tipologi motivasi partisipasi pemuda dalam parapolitik, dengan demikian, dapat dipetakan ke dalam beberapa kategori utama: motivasi ideologis-kritis, motivasi pragmatis-instrumental, motivasi identitas-kultural, serta motivasi afektif dan emosional. Tipologi ini tidak bersifat kaku, melainkan saling tumpang tindih dan dinamis, mencerminkan kompleksitas pengalaman politik pemuda di Indonesia pasca-otoritarian. Melalui tipologi ini, kita dapat memahami bahwa parapolitik bukanlah bentuk apatisme politik, melainkan ekspresi adaptif dari partisipasi politik pemuda dalam menghadapi keterbatasan demokrasi prosedural.

Dengan demikian, pembahasan mengenai pemuda dan parapolitik di Indonesia pasca-otoritarian membuka pemahaman baru tentang demokrasi itu sendiri. Demokrasi tidak hanya hidup dalam ruang pemilu dan parlemen, tetapi juga dalam praktik kultural, simbolik, dan sosial yang dijalankan oleh pemuda. Memahami motivasi di balik partisipasi parapolitik menjadi kunci untuk membaca arah masa depan demokrasi Indonesia, sekaligus menilai sejauh mana pemuda dapat menjadi agen transformasi sosial dan politik di tengah tantangan pasca-otoritarianisme.

Baca Juga:
Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News
Editor
: Baringin MH Pulungan
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru