Kamis, 10 Juli 2025

Indonesia Jangan Tergantung pada Amerika Serikat

Zainul Azhar - Rabu, 09 Juli 2025 22:27 WIB
Indonesia Jangan Tergantung pada Amerika Serikat
Jakarta, MPOL - Indonesia jangan tergantung pada Amerika Serikat demikian Ketua Komite IV DPD RI Ahmad Nawardi mengatakan usai Raker dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani Rabu (9/7) di DPD RI Jakarta.

Baca Juga:
Menurutnya Indonesia tidak boleh tergantung pada AS. Sebab, jika hanya tergantung pada satu negara, maka perekonomian negara ini bisa mati. Di situlah pentingnya membuka pasar baru, yang harus dikembangkan oleh pemerimtah termasuk di dalam BRICS sendiri. "Kalau negara-negara yang terdampak tarif Trump bersatu, maka AS sendiri akan kewalahan dan terkucilkan."
Selain itu tarif Trump ini akan.berdampak pada tatanan dunia baru dalam politik dan ekonomi global. Karena itu, pemerintah harus menjaga perekonomian nasional dengan membuat regulasi kebijakan dagang, memberikan stimulus ekonomi bagi UMKM, dan jaga daya beli masyarakat, agar target pertumbuhan ekonomi 5% – 5,8 % tercapai di 2026.

Dimana sebelumnua Besaran tarif 32% yang dikenakan Trump terhadap Indonesia masih sama dengan pengumuman sebelumnya pada 2 April 2025. Selama tiga bulan terakhir ini, pemerintah Indonesia telah mengirimkan tim ke Washington DC, AS untuk menegosiasikan tarif agar dapat turun bahkan dihapus menjadi 10%.

Batas waktu negosiasi ini berakhir pada 9 Juli ini. Namun dengan adanya pengumuman terbaru ini, Indonesia masih bisa mengupayakan negosiasi sampai 1 Agustus 2025.Namun, Trump juga memperingatkan negara-negara yang bergabung dengan BRICS dan menentang kepentingan AS akan dikenakan tarif tambahan 10%.

Jika tarif Trump sebesar 32% untuk perdagangan Indonesia tidak masalah dan tidak akan menjadi ancaman signifikan bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hanya saja pemerintah harus menjaga kondusifitas ekonomi, politik, pertahanan, dan keamanan nasional agar target pertumbuhan ekonomi 5,8% di 2026 tercapai.

"Tarif Trump harus kita respon dengan biasa -.biasa saja dan tidak perlu reaktif. Apalagi Indonesia masuk dalam BRICS, ini harus dimanfaatkan untuk konsolidasi ekonomi bagi negara anggota BRICS, atau untuk mencari pasar alternatif baru bagi Indonesia."

Sebab, yang dikenakan tarif tinggi Trump tersebut bukan saja Indonesia, tapi hampir seluruh dunia, termasuk negara sekutu Amerika Serikat (AS) sendiri. Seperti Jepang, Korea Selatan, negara-negara Eropa, Kanada, dan lain-lain. "Kita paham karakter Trump, mungkin tarif ini hanya dalam jangka pendek, karena jika dalam jangka panjang itu akan merugikan AS sendiri," tegas Nawardi.***

Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News
Editor
: Marini Rizka Handayani
SHARE:
Tags
beritaTerkait
Forum Bakohumas Menuju Pemerintahan yang Lebih Demokratis dan Transparan
Unimed Resmi Buka Fakultas Kedokteran, Seleksi Mandiri
Benyamin : Periode Januari - Juni 2025, Kantor Imigrasi Kelas II TPI Pematangsiantar Raih PNBP 88,55 Persen
Bupati Buka  Musrenbang RPJMD Kabapaten Humbahas Tahun 2025-2029
Bupati Humbahas Buka Sosialisasi Penerapan 5 Hari Sekolah Jenjang SD dan SMP
Bungkam Dikonfirmasi Soal Dugaan Tangkap Lepas, Kasatnarkoba Harus Paham UU Pers, Propam Didesak Selidiki
komentar
beritaTerbaru