"Dalam proses sakit setelah dianiaya, barulah ada obat itu. Obat itu tanpa resep. Keluarga korban dikelabui alasannya korban sakit," pungkasnya.
Baca Juga:
Sementara ibu korban, Pia mengaku dikelabui oleh pelaku. Sebab sebelum anaknya meninggal, pelaku beralasan bahwa anak yang dititipkan olehnya sedang sakit.
Sebelumnya memang Pia sering menitipkan anaknya kepada pelaku karena di rumah pelaku ada anak kecil yang dianggap bisa menjadi teman mainnya.
"Hari Sabtu 22 Maret pagi, anak saya dijemput pelaku. Tidak ada luka sama sekali, mulus tanpa cacat. Begitu hari Selasa tanggal 25 Maret dinihari, begitu dijemput sudah ada lebam di dagu, lecet di kaki, bibir pecah-pecah, dan paginya dia mengeluh sakit perut karena gembung perutnya," kata ibu korban.
Berdasarkan pengakuan pelaku, perut anaknya sudah gembung. Karena gembung itu lalu pelaku memberikan korban obat. Setelah itu korban muntah-muntah. Usai muntah dan lemas, korban dibawa ke rumah sakit dan dinyatakan meninggal pada 25 Maret sore.
Awalnya, Pia mengira anaknya mengalami penyumbatan usus. Namun pihak keluarga yang curiga akhirnya meminta polisi untuk menyelidikinya. Karena mereka merasa ada kejanggalan dari meninggalnya AYP.
"Waktu saya jemput, pelaku menyatakan kalau korban ini sedang demam dan akan diurus kakaknya. Saya dengan pelaku kenal sejak 28 Oktober 2024. Ternyata empedunya pecah, pendarahan di kepala, graham copot, dan memang ada kekerasan. Setelah digali polisi memang ada kekerasan berturut-turut," pungkasnya. *
Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News