Selasa, 05 Agustus 2025

Antara Bendera One Piece dan Marwah Kemerdekaan

Oleh: Seftian Eko Pranata
Alfiannur - Selasa, 05 Agustus 2025 18:52 WIB
Antara Bendera One Piece dan Marwah Kemerdekaan
Septian Eko Pranata
, MPOL -

Baca Juga:
Seftian Eko Pranata adalah Ketua Hikmah dan Kebijakan Publik PW Pemuda Muhammadiyah Sumatera Utara

Isu pengibaran bendera bajak laut One Piece menjelang peringatan HUT ke-80 Republik Indonesia telah menuai perdebatan luas. Sebagian kalangan menilainya sebagai bentuk satire dan kritik kreatif terhadap kondisi bangsa. Namun, di sisi lain, kita juga perlu dengan jernih menimbang bahwa tindakan ini bisa berdampak pada luntur dan merosotnya marwah serta kehormatan negara di hari paling sakral: Hari Kemerdekaan.

Sebagai bangsa yang besar, kita diajarkan untuk menghormati simbol negara: bendera Merah Putih, lambang Garuda, lagu kebangsaan, serta konstitusi. Simbol-simbol itu bukan sekadar formalitas, melainkan penanda jati diri dan harga diri kolektif bangsa Indonesia. Maka ketika pada momen 17 Agustus—hari yang menjadi pengingat perjuangan berdarah-darah para pahlawan—tiba-tiba dikibarkan bendera lain, betapapun niatnya untuk menyindir, maka marwah negara ikut dipertaruhkan.

Kritik terhadap negara sah-sah saja, bahkan penting dalam demokrasi. Tapi harus dilakukan dengan cara yang tetap menjunjung etika dan nilai-nilai kebangsaan. Jangan sampai, niat menyuarakan kekecewaan malah memperburuk citra bangsa di mata generasi muda dan dunia luar. Karena kemerdekaan bukan sekadar simbol, tetapi juga warisan tanggung jawab moral untuk menjaga kehormatan Republik ini.

Namun, kita juga tidak boleh reaktif dan hanya menyalahkan aksi tersebut tanpa mau memahami pesan yang ingin disampaikan. Fakta bahwa masyarakat—terutama generasi muda—berani menggunakan simbol dari fiksi untuk menyuarakan perasaan, menjadi sinyal kuat bahwa ada yang salah dalam cara negara membina hubungan dengan rakyatnya.

Apakah mereka mulai kehilangan kepercayaan? Apakah simbol negara telah kehilangan maknanya karena sering dimanipulasi oleh elit yang tidak amanah? Ini pertanyaan-pertanyaan serius yang harus dijawab oleh para pemangku kekuasaan.

Maka dari itu, dua hal harus berjalan beriringan. Pertama, kita harus mengajak masyarakat untuk kembali mencintai dan menghormati simbol-simbol negara, terutama pada momen-momen penting seperti Hari Kemerdekaan. Kedua, negara juga harus menjawab kritik dengan perbaikan nyata, bukan hanya dengan retorika, apalagi dengan ancaman hukum yang kaku dan anti-kritik.

Indonesia adalah rumah bersama. Bila ada yang mengetuk pintu dengan cara yang tak biasa—dengan bendera bajak laut sekalipun—itu berarti ada sesuatu yang ingin disampaikan. Kita harus mendengarkan, namun juga tetap menjaga batas agar rumah ini tidak kehilangan wibawanya.

Karena kemerdekaan adalah hak setiap warga, tetapi kehormatan negara adalah tanggung jawab kita semua.

Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News
Editor
: Baringin MH Pulungan
SHARE:
Tags
beritaTerkait
komentar
beritaTerbaru