Kamis, 20 November 2025

Ketua DPR RI: Mempertahankan Indonesia Sebagai  Negara Yang Besar, Berdaulat, dan Kaya Sumber Daya Bukanlah Tugas Yang Ringan

Zainul Azhar - Jumat, 15 Agustus 2025 21:34 WIB
Ketua DPR RI: Mempertahankan Indonesia Sebagai   Negara Yang Besar, Berdaulat, dan Kaya Sumber Daya  Bukanlah Tugas Yang Ringan
Zainul
Ketua DPR RI Puan Maharani saat pidato bersama DPR/MPR/DPD RI Jumat (15/8) di DPR RI Jakarta.
Jakarta, MPOL - Mempertahankan Indonesia sebagai negara yang besar, berdaulat, dan kaya sumber daya bukanlah tugas yang ringan demikian Ketua DPR RI Puan Maharani dalam pidato bersama DPR/MPR/DPD RI Jumat (15/8) di DPR RI Jakarta.

Baca Juga:
Menurutnya amanah sejarah ini menuntut hadirnya kekuatan nasional sejati, kekuatan yang mampu menjaga kedaulatan, membangun kemandirian, dan merawat kebudayaan sebagai jati diri bangsa.

Kekuatan itu tidak lahir dari senjata atau kekayaan semata, melainkan dari kehendak rakyat untuk bersama-sama menjadi Indonesia. Kehendak yang hidup dalam semangat gotong royong, tumbuh dari rasa saling percaya, dan mengakar dalam jiwa kolektif kita.

Seperti pepatah dalam kearifan Jawa: "Mangan ora mangan, sing penting ngumpul" Yang berarti mengutamakan kebersamaan dari pada mengejar kepentingan masing-masing. Inilah jiwa sosial yang membedakan kita dari bangsa lain.

Kebersamaan itu kemudian diperkuat dalam konstitusi, dan dijelmakan sebagai prinsip dasar negara kita: Kedaulatan Rakyat; Rakyat berdaulat atas kekuasaan negara; Rakyat berdaulat atas sumber daya alam; Rakyat berdaulat atas budaya bangsa.

Inilah panggilan sejarah kita hari ini: menegakkan kedaulatan rakyat sebagai fondasi kekuatan nasional. Agar setiap kebijakan, setiap langkah, dan setiap keputusan negara, benar-benar berpulang pada kehendak rakyat.

Demokrasi kita berakar kokoh pada sila keempat Pancasila:"Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan." Demokrasi kita adalah demokrasi yang berjiwa gotong royong, mengedepankan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi atau golongan.

Demokrasi kita: Bukan hanya tentang "saya", akan tetapi tentang "kita" Kita yang berdaulat; kita yang sejahtera; dan kita yang berkebudayaan.

Demokrasi Pancasila menempatkan musyawarah sebagai proses utama, dan hikmat kebijaksanaan sebagai sumber pikiran dan nurani dalam setiap pengambilan keputusan sehingga membawa kebaikan bagi seluruh rakyat, dan tidak meninggalkan siapa pun di belakang. Dalam sistem demokrasi Indonesia sebagaimana diamanatkan oleh Konstitusi partai politik memegang peran strategis dalam membentuk perwakilan rakyat. Partai politik bukan sekadar kendaraan menuju kekuasaan, tetapi jembatan antara rakyat dan negara. Dari partailah wakil rakyat dilahirkan. Dari partailah presiden dan kepala daerah diusung.

Oleh karena itu, partai politik memikul tanggung jawab besar sebagai sokoguru kedaulatan rakyat. Partai politik bukan hanya struktur organisasi. Partai politik adalah institusi perjuangan yang seharusnya berdiri tegak di atas nilai, integritas, dan kepercayaan rakyat. Sebab, partai tanpa nilai perjuangan akan membawa kekuasaan kehilangan arah dan makna bagi rakyat. Karena peran strategis itulah, partai politik tidak boleh berhenti membenahi diri. Partai harus menjadi tempat lahirnya para pemimpin yang bukan hanya pandai berbicara, tetapi juga mampu berpihak, bekerja, dan berani mengambil risiko demi kepentingan rakyat.

Namun, keberhasilan partai politik dalam menjalankan perannya sangat bergantung pada sistem yang menjadi wadahnya.

Sebaik apa pun visi dan integritas partai, jika sistem politik—khususnya sistem pemilu tidak mendukung terwujudnya kedaulatan rakyat secara nyata, maka suara rakyatberisiko terdistorsi.

Sistem pemilu kita, sebagai sarana utama membentuk perwakilan, memang belum sepenuhnya sempurna. Tantangan kita adalah memastikan bahwa sistem ini benar-benar mendekatkan kehendak rakyat dalam menempatkan wakil-wakilnya dan memilih pemimpinnya.

Saat ini, demokrasi dalam Pemilu kita, selain ditentukan oleh garis tangan, juga sering dipengaruhi oleh campur tangan dan buah tangan. Kita semua memiliki garis tangan nasib dan kesempatan yang diberikan oleh Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa. Tetapi, tidak semua dari kita memiliki kemampuan yang sama untuk ikut campur tangan dan memberikan buah tangan dalam menentukan arah demokrasi.

Inilah kritik sekaligus otokritik terhadap demokrasi dalam Pemilu kita. Kita harus terus memperbaiki dan menyempurnakannya.

Sebab, demokrasi yang kita cita-citakan bukanlah demokrasi campur tangan dan buah tangan—tetapi demokrasi yang memberi kesempatan setara bagi semua warga negara. Marilah kita bangun demokrasi yang menghidupkan harapan rakyat, tutur Puan Maharani.***

Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News
Editor
: Marini Rizka Handayani
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru