Medan, MPOL:
Aktivis di Medan menyoroti
kebijakan Kapolda Sumut Irjen Whisnu Hermawan Februanto yang menon aktifkan Kapolres Pelabuhan Belawan AKBP Oloan Siahaan yang bertindak keras kepada pelaku kerusuhan di Jalan Tol Belmera Belawan.
Baca Juga:
Aktivis sosial kemasyarakatan, Muhammad Abdi Siahaan/Wak Genk mengatakan, tindakan menon aktifkan Kapolres Pelabuhan Belawan sama artinya melemahkan semangat anak buahnya dalam memberantas pelaku kriminal.
"Anak buah selalu ditekankan supaya menindak tegas pelaku kejahatan apalagi sampai mengganggu keamanan masyarakat. Tetapi disaat anggota merefleksikan perintah itu dilapangan justru diberi tinta merah oleh pimpinan. Seharusnya hal seperti ini tidak perlu terjadi karena dapat melemahkan semangat kerja anggota dalam memberantas tindak kejahatan," ujar Wak Genk, Selasa (6/5).
Aktivis pemerhati kinerja aparatur negara itu melihat fenomena menurunkan semangat anggota dilapangan kerap terjadi. Anggota yang dilempari bahkan kenderaannya dibakar massa saat menggerebek sarang narkoba bukannya diganjar penghargaan tetapi seolah pimpinan menutup mata akan kondisi yang dialami anggota tersebut.
"Terkadang ada dilema yang dihadapi polisi dilapangan bertindak tegas salah tidak bertindak tegas juga disalahkan apalagi bila tidak bertindak disebut melanggar kode etik. Kondisi demikian yang sering terjadi sehingga anak buah lebih memilih cari ilmu selamat karena pimpinan yang tidak bertanggung jawab ," sebutnya.
Dia mengatakan tawuran antar pemuda di Belawan yang sudah lama berlangsung dan hingga kini tidak ada penyelesaian merupakan bukti kalau anggota polisi takut melakukan tindakan tegas.
Dengan penon aktifkan Kapolres diyakini anggota akan semakin lemah sementara pra pelaku kerusuhan atau pelaku kriminalitas merasa "besar kepala" sehingga tidak akan menghargai polisi. Bahkan, pemaksaan kehendak bisa terjadi, dengan cara demo atau melakukan aksi jika ada rekan mereka ditangkap untuk dilepas.
"Coba bayangkan, seorang Kapolres diserang kelompok perusuh sama artinya melawan institusi. Ini juga menggambarkan jika pelaku tidak lagi takut atau menghargai polisi. Bila hal demikian dibiarkan maka bisa saja tugas Polri diambil alih TNI," tegasnya.
Karena itu Kapolri diminta tidak mengorbankan anak buah hanya untuk pencitraan semata. "Pencitraan yang dilakukan pimpinan hanya untuk mengangkat derajat institusi namun mengorbankan dedikasih anggota sama halnya membunuh masa depan institusi itu sendiri," ungkap Wak Genk.
Masyarakat sudah cerdas menilai, mana yang kamuflase dan benar-benar terjadi biarlah berjalan apa adanya. Biarlah masyarakat yang menilai. Masyarakat jangan didikte.
Dia juga berharap kepada Kapolda Sumut Irjen Whisnu Hermawan Februanto untuk tidak mengendorkan semangat anggota tetapi memberi support dan reward kepada anggota yang berprestasi.
Terkait tindakan diskresi yang dilakukan Kapolres Oloan Siahaan, pimpinan LSM itu menilai semata hanya untuk pembelaan diri.
"Seorang Kapolres dicegat dan dilempari hingga merasa keselamatan diri terancam tentu wajib melakukan pembelaan diri, bukan justru di justice melakukan pelanggaran hukum. Karena itu saya menilai menon aktifkan Kapolres kurng tepat," pungkasnya.
Diketahui pada Minggu (4/5) dinihari, Kapolres Pelabuhan Belawan, AKBP Oloan Siahaan menjadi sasaran serangan brutal sekelompok pemuda bersenjata tajam saat melintas di Tol Belmerah.
Kejadian bermula setelah Kapolres memimpin langsung apel pengamanan menyusul pecahnya tawuran antara kelompok pemuda Lorong Stasiun dan Lingkungan 13 Selebes di kawasan Jalan Stasiun Belawan, sekitar pukul 19.30 WIB.
Usai apel dan patroli, Kapolres bergerak pulang sekitar pukul 01.35 WIB.
Namun sekitar pukul 02.05 WIB, saat melintasi Tol Belmera, mobil dinas Kapolres diadang puluhan pemuda yang secara ilegal berada di jalur tol sambil mengacungkan senjata tajam jenis celurit dan klewang.
Bukan hanya mengadang, kelompok ini secara membabi buta menyerang mobil dinas, melempar batu, petasan roket, dan mengejar kendaraan dinas polisi.
Pelaku penyerangan juga sempat mencoba mengayunkan kelewang ke arah Kapolres, beruntung berhasil dihindari dan hanya menyabet bagian mobil.
"Sudah diberikan peringatan. Tapi mereka tetap menyerang dengan brutal. Ini bukan lagi tawuran biasa, ini sudah masuk kategori penyerangan terhadap simbol negara," tegas Kapolres AKBP Oloan Siahaan.
Namun karena serangan tidak mereda, Kapolres melepaskan tembakan ke arah pelaku sebagai bentuk pembelaan diri dan upaya menyelamatkan jiwa personel.
Sebelumnya Kapolda Sumut Irjen Whisnu Hermawan Februanto buntut dugaan menembak seorang remaja bernama Muhammad Syuhada (18) hingga tewas Kapolres Pelabuhan Belawan di non aktifkan.
"Kami memohon melaporkannya kepada Mabes Polri untuk bisa memeriksa Kapolres secara transparan dan meminta persetujuan dari Mabes Polri untuk menonaktifkan Kapolres sementara waktu,"kata Kapolda Sumut Irjen Whisnu Hermawan Februanto, Senin (5/5/2025) kepada wartawan.
Kapolda menerangkan Bid Propam, Inspektur Pengawas Daerah, Ditreskrimum dan Labfor Polda Sumut sedang melakukan penyelidikan penembakan ini.
"Ini demi transparansi, kita tidak akan main-main dengan penegakan hukum. Kalau dia salah kita tindak, kalau dia betul kita sampaikan kepada media," sebut Whisnu.
Whisnu mengatakan, Muhammad Syuhada dinyatakan meninggal dunia setelah mendapat perawatan intensif.
Sedangkan satu rekannya berinisial B (17) yang juga diduga ditembak masih menjalani perawatan.***
Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News
Editor
: Josmarlin Tambunan