Senin, 30 Juni 2025

KH Zulfikar Hajar Lc Takjub Aktifitas Al Ghazali Membina Anak Mantan Teroris

Abdul Haris - Rabu, 14 Mei 2025 16:22 WIB
KH Zulfikar Hajar Lc Takjub Aktifitas Al Ghazali Membina Anak Mantan Teroris
Wakil Ketua MUI Kota Medan KH Zulfikar Hajar Lc diabadikan bersama Khairul Ghazali alias Abu Ahmad Yasin, mantan teroris yang pernah menyerang CIMB Niaga di Medan. Kunjungan ini untuk melihat dari dekat atifitas Pesantren AL Hidayah yang didirikan mantan teroris itu. (Tuan Abdul Haris Nasution)

Sunggal, MPOL - Masih ingat Khairul Ghazali alias Abu Ahmad Yasin ? Beliau mantan teroris yang bertobat dan memutuskan keluar dari jaringan kelompok teroris setelah mendapat hidayah dari dalam penjara. Beliau sempat divonis enam tahun atas tindak pidana perampokan Bank CIMB Niaga pada Agustus 2010 silam.

Baca Juga:


Kini, beliau mengasuh sebuah pondok pesantren khusus bagi anak-anak mantan teroris untuk membina mental serta menjauhkan anak-anak mereka dari perbuatan terror yang nyatanya hanya menyengsarakan umat.


Dalam kunjungannya, Wakil Ketua Majelis Ulama (MUI) Kota Medan KH Zulfikar Hajar Lc, yang juga Pimpinan KBIHU Jabal Noor menyampaikan rasa takjubnya atas kinerja dan aktivitas Al Gazali sebagai Pimpinan Pondok Pesantren Al Hidayah yang berada di Desa Sei Mencirim Kecamatan Kutalimbaru Deli Serdang, Rabu (14/5).
"Ini luar biasa ya, siapa yang tak kenal dengan Al Ghazali ini. Kini kegiatan ibadahnya luar biasa, dia mengupayakan pendirian sarana pendidikan agama, untuk membina anak anak mantan teroris maupun keluarganya, agar tidak mengalami traumatik karena keterlibatan keluarganya dalam kelompok teroris. Karena mungkin saja ada bagian dari keluarganya tewas saat melakukan aksi terror. Jadi, Ini pantas kita dukung," ujar KH ZUlfikar Hajar yang juga Pimpinan Pondok Pesantren Jabal Noor di kawasan Sunggal.
Al Ghazali juga sangat aktif dalam kegiatan apa saja berbau keagamaan, bahkan saya senantiasa melihatnya hadir dalam setiap kegiatan di Polrestabes Medan," ujar KH Zulfikar.


Ulama pendiri Ponpes dan Tahfizhul Qur'an Jabal Noor ini juga mengajak pejabat, birokrat, pelaku usaha dan bisnis datang dan berkunjung ke lokasi ini. Saudara kita ini sudah menyadari kesalahannya selama menjadi teroris dan kini ingin hidup bahagia dan bermanfaat buat orang lain.


Saudara kita Al Ghazali, tambah KH Zulfikar Hajar, saat ini juga membuka usaha Gula Madu Semut Alhidayah, untuk menutupi kebutuhan hidupnya. Banyak yang pernah benci padanya, termasuk rekan-rekannya sesama teroris yang belum bertaubat, tetapi banyak juga yang membantunya, salah satunya hamba Allah yang turut mengupayakan lahan untuk hunian dan pengembangan pesantren Al Hidayah tersebut, apalagi warga sekitar juga ada yang mulai mempercayakan anaknya dididik di ponpes itu.


Pada intinya, Ulama kharismatik di kota Medan ini mengajak umat Islam turut membantu pengembangan pesantren Al Hidayah dan pengembangan produk produk dari anak anak pesantren seperti gula aren tersebut guna mendukung kemajuan perekonomian mereka.
Sebelumnya, Khairul Ghazali mengaku ide mendirikan Pesantren Al Hidayah di Deli Serdang, Sumatera Utara saat berada di dalam penjara.


Saya lihat anak saya itu tidak sekolah karena stigma anak teroris. Dia sampai keluar dari sekolah," tutur Khairul.
"Saya berpikir kalau anak saya seperti ini bagaimana dengan 600 mantan teroris lainnya. Kalau dikali tiga saja maka ada ribuan anak yang berpotensi ikut jejak bapaknya," kata dia.


Pesantren yang dia dirikan itu tidak jauh berbeda dengan pesantren-pesantren pada umumnya. Hanya saja, Al Hidayah memiliki progam atau mata pelajaran deradikalisasi. Mata pelajaran itu disusun sendiri oleh Khairul dan diajarkan pada sekitar 20 anak dari keluarga mantan terpidana teroris.


Ada empat poin utama yang diajarkan, yakni penanaman sifat kritis terhadap ajaran-ajaran radikal, pluralisme, indoktrinasi agama yang mengajarkan kedamaian dan menghindari ajaran agama yang bersifat dogmatis.


Menurut Khairul, ajaran agama yang bersifat dogmatis seringkali membuat seseorang itu keliru memahami nilai agama. Bahkan berpotensi melahirkan sifat fanatisme sempit terhadap agama yang justru membahayakan keberagaman.


"Islam itu jelas-jelas mengajarkan toleransi. Siapa bilang pluralisme itu juga bertentangan dengan Islam. Rasulullah bahkan pernah memberi makan orang-orang miskin dari agama lain," ucap Khairul.(nas)

Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News
Editor
: Baringin MH Pulungan
SHARE:
Tags
beritaTerkait
komentar
beritaTerbaru