Medan, MPOL -Gelombang seruan dari sejumlah tokoh gereja dan organisasi masyarakat untuk menutup operasional PT
Toba Pulp Lestari (TPL) menuai tanggapan dari kalangan akademisi berdarah Batak yang juga Pendiri Yayasan Kito Satu, Dr.
Dion Sihombing, M.Si.
Baca Juga:
Dion berharap agar seruan moral tersebut tidak dijadikan alat untuk menekan perusahaan demi beroleh kepentingan kelompok tertentu.
"Kalau memang ada yang ingin meminta bagian dari TPL, seperti bagian hak atas tanah, sampaikan saja secara terbuka dan elegan. Jangan dibungkus dalam seruan penutupan TPL. Itu tidak elok dan tidak etis," tegas Dion di Medan, Minggu (25/5/2025).
Menurutnya, tindakan semacam itu justru bisa mengaburkan tujuan awal dari tuntutan dan advokasi lingkungan. Masyarakat bisa kehilangan kepercayaan ketika aspirasi publik disusupi oleh motif tersembunyi.
"Menggabungkan seruan moral dengan kepentingan kelompok tertentu akan mencederai semangat perjuangan masyarakat. Kita harus jujur pada publik dan menjaga kepercayaan bersama. Jika tidak, masyarakat bisa terpecah dan tercipta polarisasi yang merugikan semua pihak," ujarnya.
Dion juga mengingatkan bahwa sebelumnya ia telah sampaikan melalui media agar setiap kritik terhadap TPL disampaikan secara objektif, berbasis data, dan mengutamakan dialog.
Pendekatan dialogis, menurutnya, jauh lebih bijak dan berpeluang menciptakan solusi yang berkelanjutan.
"Faktanya, TPL memiliki kontribusi besar terhadap perekonomian lokal dan daerah. Banyak masyarakat yang menggantungkan penghidupannya di sana. Jadi, segala kritik harus tetap mempertimbangkan aspek sosial-ekonomi secara menyeluruh," tegas Ketua Lembaga Konsultasi Pendidikan (LKP) Citra Sumut ini.
Lebih lanjut, Dion juga menyarankan agar pihak TPL tidak mudah terpengaruh terhadap tekanan yang muncul, apalagi jika motifnya tidak sepenuhnya murni. Ia juga meminta pemerintah agar bersikap bijak dan antisipatif terhadap berbagai manuver yang muncul di balik seruan penolakan TPL.
"TPL harus tetap fokus pada peningkatan kinerja, memperbaiki relasi dengan masyarakat, dan terbuka terhadap kritik yang membangun. Tapi juga jangan mudah terbawa dalam narasi yang tidak objektif," tutupnya.***
Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News