Gidion menyebut pengungkapan itu berawal saat Satresnarkoba Polrestabes Medan melakukan penyelidikan soal peredaran narkoba yang melibatkan tersangka Dimas. Kemudian, petugas melakukan
undercover buy dan menangkap pelaku di depan salah satu komplek di Jalan Eka Surya.
Baca Juga:
Saat itu, petugas turut mengamankan 2 kg
sabu-
sabu. Lalu, petugas melakukan pengembangan ke rumah pelaku di Jalan Eka Surya dan menemukan 3 kg
sabu-
sabu lainnya beserta 50 bungkus
happy water.

Narkoba jenis happy water yang dikemas dengan replika mata uang Euro.
"Dalam roses penangkapannya kita pakai teknik lidik biasa,
undercover buy terhadap pelaku. Saat kita tangkap dan kembangkan, kita dapati di dalam mobilnya masih ada bukti
sabu dan 50 sachet
happy water, dia (Dimas) yang punya 5 kg
sabu juga," ungkapnya.
Happy water yang dikemas replika mata uang Euro adalah modus yang digunakan para produsen untuk mengelabui polisi.
"Sebenarnya (bungkusan dengan mata uang) itu hanya klise. Jadi, bungkusnya bisa bermacam-macam, ada yang bentuk uang, polos, istilahnya itu suka-suka pembuat. Ini juga jenis baru yang merupakan modifikasi dari pada pemain-pemain narkoba," ujarnya.
Happy water ini sulit dideteksi jika dibandingkan dengan jenis narkoba lainnya. Sebab,
happy water ini biasanya dicampur ke dalam minuman. Harga satu bungkus kecil
happy water itu berkisar Rp 3-4 juta.
"Dijual per sachet, harganya Rp 3-4 juta per sachet. Kalau di Medan lumayan juga (peredarannya), memang jadi barang narkoba jenis baru. Kalau
sabu kan pakai bong, kan gampang sekali (diidentifikasi), kalau
happy water sama seperti air, dicampur air minum gitu, efeknya sama, efek
happy,
nge-fly, satu sachet dosisnya tinggi sekali," pungkasnya. *
Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News