Medan, MPOL: Penggusuran tahun berlalu melahirkan
penggusuran baru. Demikian dag-dig-dug yang kini dirasa puluhan warga Lingkungan V-VI Kelurahan Hamdan, Jalan Multatuli, Medan. Bersama kegeraman aktivis agraria, inilah
laporan soal itu.
Baca Juga:
Benny Basri hari-hari ini menjadi topik
obrolan serius banyak warga Jalan Multatuli, Medan. Dari kalangan emak-emak, orang jompo, hingga anak muda. Tapi omongan tentang tuan takur itu acap tertutup. Itu diketahui karena banyak warga di sana selalu 'tutup mulut' saat
diwawancara MEDAN POS.
"Tanya aja sama Pak Benny (Basri), Bang," kata sejumlah perempuan paruh baya, semuanya tak ingin menyebut identitas. Mereka ditemui dalam lorong depan sebuah warung nasi goreng Jalan
Multatuli, Medan, Sabtu (7/6/2025).

Areal yang dibidik Benny Basri. (Ist)
"Kami tak mau salah omong," lanjut mereka,
nyaris serentak, kemudian berlalu dari hadapan wartawan Anda.
Aksi senada juga dilakoni sejumlah pemuda yang ditemui di lorong depan masjid di sana. "Tanya aja ama polisi," ujar mereka, sekenanya.
"Kau ke kantor lurah aja," saran satu di
antara mereka.
Hasil penelusuran di Lingkungan V - VI Jalan Multatuli, Medan, menyebut gosip warga di sana soal Benny Basri diketahui memanas sejak Jumat (30/5/2025) pekan lalu. Cerita pun kian mendidih seiring empat polisi mendatangi masyarakat di sana.
Dengan klaim memiliki tanah di sana, bahkan telah memeroleh SHM (sertifikat hak milik) dari BPN (Badan Pertanahan Nasional), Benny Basri sebelumnya dilaporkan telah mendatangi Polda Sumut.
Kwarted petugas itu mengaku datang untuk
mengundang sejumlah warga di sana ke Mapolda Sumut guna klarifikasi soal kepemilikan tanah. Anehnya, pemanggilan itu tak disertai surat resmi.

Js Leo Siagian. (Ist)
Sejurus kemudian, paska aksi polisi, puluhan warga di sana menerima surat berlogo PT TamanMulti Indah Lestari. Ini perusahaan real estate milik Benny Basri. Isi surat itu?
Benny mengundang pentolan warga rapat di kantornya, Jalan Ade Irma Suryani, Medan. Dalam surat undangan itu dijelaskan agenda pertemuan membahas nilai ganti rugi rumah- rumah warga.
Bermukim secara turun temurun sejak lebih 50 tahun lalu, warga Lingkungan V - VI
Kelurahan Hamdan masing-masing diketahui memiliki legalitas hukum atas tanah serta bangunan rumah mereka.
Tapi kedatangan polisi serta surat Benny Basri sontak mengubah suasana batin warga kecil di sana. Semua mendadak deg-degan. Terakhir, surat dari Benny diketahui mengajak warga rapat pada Selasa (3/6/2025) lalu. Hasilnya ?
Pun telah diskusi ulang kali, banyak warga
mengaku tak cocok dengan harga ganti rugi
versi Benny. Dinilai terlalu murah untuk harga rumah di wilayah inti kota, seperti Jalan Multatuli, Medan.
"Harganya (dari Pak Benny) bahkan lebih murah dari harga yang pernah ditawarkan calon pembeli lain pada keluarga saya, 15 tahun lalu," kata seorang perempuan tua, warga Lingkungan VI Kelurahan Hamdan, Kecamatan Medan Maimun, seraya minta namanya tak dicatut. Meski tempat tinggal terancam digusur, mengapa warga di sana takut terhadap Benny ?
Dihubungi lewat WhatsApp sejak Jumat
(6/6/2025), Benny Basri tak menjawab panggilan MEDAN POS. Begitu pula saat dikontak pada Sabtu (7/6/2025). Pertanyaan tertulis untuknya
via WhatsApp yang terkirim pada Jumat
(6/6/2025) lalu, pun belum menuai jawaban.
Benny Basri bukanlah sosok asing bagi warga yang telah lama tinggal di Jalan Multatuli, Medan. Pengusaha punya banyak koneksi di kalangan aparat penegak hukum itu dicap sebagai developer berdarah dingin. Penilaian itu bukanlah berlebihan.
Benny Basri pernah sukses menggusur banyak warga Multatuli Medan. Aksi perdananya di wilayah bernama lama Kebun Sayur itu bahkan memicu kerusuhan berarorama SARA. Melibatkan
dugaan permainan ratusan oknum aparat dan preman bayaran, rusuh massal di Multatuli Medan pecah seiring ambisi bisnis Benny di sana berujung hancurnya sebuah rumah ibadah.
Berbulan-bulan dinilai menyebar teror ke warga agar tak meributkan tanah serta masjid yang hilang, kemelut pada 2007 itu toh membuat Benny Basri geming. Pengusaha tajir itu tak tersentuh secara hukum. Seperti yang kini kembali terjadi, Benny Basri kala itu lewat perusahaannya menggusur puluhan kepala keluarga (KK) penduduk Jalan Multatuli.
Menggebrak dari Lingkungan VII sampai XI
Kelurahan Hamdan,
penggusuran terjadi seiring Benny membeli rumah-rumah warga di sana dengan harga murah.
Kesuksesan aksi
penggusuran pertama itu
melahirkan kawasan pecinan yang berisi lebih 600 unit ruko bisnis dengan nilai jual ratusan triliunan rupiah. Menghubungkan akses Jalan Multatuli dengan areal belakang Istana Maimun yang dilintasi alur Sungai Deli, pecinan itu bernama Kompleks Multatuli Indah.
Nah, 18 tahun sudah kisah kelam itu berlalu, Benny Basri kini membidik hamparan permukiman warga di samping areal pecinan karyanya.
Temuan sinyal aneh di balik Benny Basri
kembali beraksi dengan wacana segera menggusur warga permukiman padat Jalan Multatuli, Medan, kontan bikin geram aktivis pertanahan sekaligus Ketua Dewan Pembina Gerakan Jalan Lurus (GJL) Sumatera Utara, Js Leo Siagian.
Menurutnya, efek 10 tahun kepemimpinan Jokowi di antaranya membuat aksi mafia tanah makin merajalela di republik ini. Sadisnya lagi, Polri --yang sedianya bertugas mengayomi warga-- acap dipakai para cukong guna menggebuk rakyat pemilik tanah.
"Kondisi seperti daerah Multatuli Medan juga nyaris terjadi di seluruh negeri ini. Saya
banyak menerima pengaduan tentang diskriminasi penegakan hukum. Praktiknya: rakyat kecil sering tertindas, mafia tanah selalu untung," jelas Leo Siagian.
Dia, yang juga dikenal sebagai veteran
Eksponen '66 serta penasehat sejumlah kelompok tani yang teraniaya soal kepemilikan tanah, menyarankan warga Multatuli meminta perlindungan hukum ke LBH Medan.
"Agar penyelesaian masalah tanah di sana dapat berjalan secara adil. Seiring itu, saya juga mengimbau Kapolrestabes Medan agar sepenuh hati mengayomi warga dari segala praktik mafia tanah," pungkasnya. (afm)
Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News
Editor
: Josmarlin Tambunan