Medan, MPOL: Kisah Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan (Imipas), Agus Andrianto, mengunjungi Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II-A Garut, siang tadi (17/7/2025), dengan agenda mengembangkan potensi ekonomi warga binaan kontan membuat MEDAN POS mengingat temuan serupa di
Medan. Ini laporannya.
Baca Juga:
Anda jangan pernah membayangkan
Rutan Kelas I Tanjung Gusta,
Medan, itu angker. Itu sudah kisah masa lalu. Kondisi ribuan warga binaan di sana belakangan ini tampak lebih dimanusiakan.
Temuan perubahan kehidupan dunia penjara menjadi ruang introspeksi agar penghuninya kembali sebagai manusia yang berkemanusiaan diketahui telah dimulai di
Rutan Kelas I
Medan.

Hidroponik karya warga binaan
Rutan Kelas 1
Medan. (Ist)
MEDAN POS menyimpan cukilan perjuangan mengubah tradisi gelap di sana. Cukilan itu di antaranya ditemukan pada pagi awal Maret lalu.
Ceritanya, di pagi Jumat itu, Kepala
Rutan Kelas I
Medan dipergoki tengah bekerja tak biasa. Dia ternyata sedang melatih puluhan warga binaan dalam soal beternak ayam.
Setengah jam kemudian, dia beralih mendatangi kumpulan warga binaan lain yang berkutat di sebuah lahan samping areal
Rutan Tanjung Gusta. Di kelompok kedua ini, sang karutan memandu pelatihan membuat paving block.

Bengkel di dalam
Rutan Kelas 1
Medan. (Ist)
Di sela para tahanan mendengar arahan kepala rutan, Suyatmin, teman mereka, hilir mudik mengangkat puluhan paving block. Itulah paving block hasil karya Suyatmin bersama kawan-kawan senasibnya.
Sedari pagi hingga siang, laki 51 tahun itu tampak sibuk memindahkan bata-bata beton made-in
Rutan Medan. Dari tempat pengeringan disusun ke lokasi berjarak selemparan batu dari mesin pencetaknya.
Suyatmin sekilas tak beda dengan buruh kasar di luaran. Bekerja sejak pagi dan usai saat sore sebelum akhirnya pulang ke rumah. Tapi Suyatmin adalah buruh yang bertempat tinggal sementara di
Rutan Tanjung Gusta.

Usaha tata busana para tahanan di
Rutan Kelas 1
Medan. (Ist)
Nah di sana, sang karutan bukanlah pembimbing semata wayang. Sejumlah staf juga tampak menggelar kegiatan tak jamak itu. Masing-masing mengajarkan keahlian yang berbeda.
Ada menggelar bimbingan latihan meracik kopi. Ada mengajarkan cara mem-bonsai tanaman. Staf lain bahkan ditemukan mengajarkan seni kerajinan. Sandal dan tas unik menjadi produk andalan orang-orang terpenjara itu.
"Mereka ini tidak semuanya masuk ke sini murni karena (bikin) kejahatan. Ada yang karena faktor kemiskinan, ada yang menjadi korban kriminalisasi, macam-macam. Karena itu, di sini, kami coba mengubah mereka," jelas sang karutan soal rutinitasnya bersama sejumlah staf, kala itu.
"Nah," sambungnya pada wartawan Anda, "yang Abang temukan ini adalah kerja inovatif kami. Melatih keahlian para tahanan agar mereka menjadi manusia yang baik saat bebas (dari penjara) nanti."
Lalu dari mana dana pelatihan sekaligus membeli tetek bengek
bahan kerja para tahanan itu ?
"Dari koperasi pegawai di sini. Gaji setiap pegawai dipotong tiap bulan. Dari situlah dana pinjaman kami dapat," jawab karutan.
Apa hasil dari upaya mendorong produktivitas warga binaan ?
"Bulan kemarin, hasil dari kreatifitas tahanan di sini telah bisa menyumbang Rp 5 juta untuk pendapatan negara. Semoga ke depan, hasil inovasi kami dapat lebih 'menggigit' lagi," tegasnya seraya menunjukkan bukti transfer ke kas negara lewat BRI.
Tapi Anda jangan salah sangka.
Kisah di atas terjadi saat
Rutan Kelas 1
Medan dikepalai Nimrot Sihotang, dua tahun lalu, persisnya Maret 2023.
Lalu kini seperti apa gambaran kondisi pemberdayaan dan pelatihan keterampilan para warga binaan di sana? Masih kah barang made-in tahanan
Rutan Medan menghasilkan pendapatan untuk kas negara ?
Sayang, akses informasi soal dunia pemasyarakatan serasa barang mahal sejak Kepala Rumah Tahanan Negara (Karutan) Kelas I
Medan dijabat olehAndi Surya. (afm)
Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News
Editor
: Josmarlin Tambunan