Medan, MPOL: Ilmu itu cahaya. Cahaya kehidupan. Nah, 'cahaya kesadaran intelektual itu disuarakan kelompok
mahasiswa USU (Universitas Sumatera Utara) dan NGO (Non Governmental Organization) pada aksi peringatan Hari Buruh Sedunia (May Day), di Medan, Rabu (1/5/2024).
Baca Juga:
Menyorot wajah kusam kehidupan kaum
buruh, menurut Fardilla Akira Sinik dari Departemen Penelitian dan Pengembangan HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) FISIP (Fakultas Ilmu Sosial dan Politik) USU (Universitas Sumatera Utara), massa dalam aksinya menggelar longmarch. Mengambil start dari depan kantor SIB Jalan Brigjen Katamso, Medan, lalu orasi di depan Gedung DPRD Sumut, massa yang turut menggelar aksi teatrikal itu menyudahi demo mereka di Post Block.
Fardilla Akira Sinik terus bercerita.
Sepanjang rute itu, massa mengampanyekan kesejahteraan hidup kaum kusam atau
buruh. Karena itu, ada 10 poin tuntutan massa.
Dari soal pengupahan yang harus layak, sahkan Ranperda (Rancangan Peraturan Daerah) Ketenagakerjaan, terapkan sistem kerja 8 jam, hapuskan sistem kerja outsourcing, lindungi pekerja lintas gender, sahkan RUU PPRT (Rancangan Undang Undang Perlindungan Pekerja Rumah Tangga), hapuskan batasan usia perekrutan kerja, cabut UU Cipta Kerja, jalankan reformasi agraria dan kedaulatan pangan, serta wujudkan kesetaraan akses kaum difabel.
Massa penuntut kesejahteraan
buruh ini adalah koalisi kader HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) FISIP (Fakultas Ilmu Sosial dan Politik) USU, GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia) FISIP USU, GMNI FH (Fakultas Hukum) USU, GMNI UNIKA, LBH (Lembaga Bantuan Hukum) Medan, KontraS (Komisi Orang Hilang dan Tindak Kekerasan) Sumut, WALHI (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia) Sumut, KPA Sumut, Aksi Kamisan Medan, SPR (Serikat Pekerja Rumahan) Sejahtera,
PHI, dan CQ.
Wakil Sekretaris Umum Perguruan Tinggi, Kemahasiswaan, dan Pemuda (PTKP) HMI FISIP USU, Muhammad Habib, menimpali. Menurutnya, aksi itu digelar dengan misi menciptakan sistem kerja yang layak dan bebas diskriminasi.
"Harapannya, dengan menyuarakan keinginan terciptanya sistem kerja yang layak dan bebas diskriminasi, ke depan banyak pekerja atau
buruh mendapat kehidupan yang layak, berpenghasilan layak, serta bebas diskriminasi gender," katanya. (ril/afm).
Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News
Editor
: Josmarlin Tambunan