Medan, MPOL -
Menteri Agama Republik Indonesia,
Prof. Dr. KH Nasaruddin Umar,
MA mengatakan, religious diplomacy atau pendekatan agama lebih efektif dan efisien dalam mendukung kemerdekaan Palestina, sebagaimana gagasan Presiden Prabowo dalam mendukung proses perdamaian dunia, khususnya di kawasan Timur Tengah.
Baca Juga:
Menurut Menteri, diplomasi agama menjadi solusi global untuk perdamaian dan pelestarian lingkungan. Pendekatan ini dianggap mampu menjangkau nilai-nilai kemanusiaan universal melalui bahasa agama yang dapat menembus batas-batas kepentingan politik.
Pendekatan ini dianggap lebih efektif daripada diplomasi formal karena lebih menjangkau nilai-nilai kemanusiaan universal dan tidak terbatas oleh kepentingan politik.
Kita sendiri di kawasan ASEAN, banyak pemikir-pemikir, ulama, pemuka lintas agama, memiliki gagasan yang luar biasa dan diakui Negara Negara di luar ASEAN. Kekuatan agama maupun moral spiritual justeru menciptakan persaudaraan yang kuat. Jadi kita butuh gagasan yang sama, pemikiran yang utuh untuk mendukung gagasan kedamaian di Timur Tengah.
Saat ini, dunia salut dengan sikap presiden Prabowo, namun dibalik itu, ada sikap-sikap keislaman dan Melayu yang seragam menjadi kekuataan yang besar tentunya dari kawasan Asia Tenggara ini.
Jadi, dalam seminar internasional yang kita gelar hari ini, insya Allah kita mendapatkan gagasan gagasan brilian yang bias kita sumbangsihkan sebagai bentuk keiukutsertaan kita dalam perdamaian dunia, kata Menag pada sesi wawancara bersama berbagai media di Aula Gedung H.M. Arsjad Thalib Lubis disela-sela kegiatan bertajuk International Seminar and Conference of The Malay–Islamic World yang berlangsung selama dua hari pada 24–25 November 2025 di Kampus I UINSU Jalan Sutomo Medan.
Acara yang diselenggarakan UINSU mengangkat tema besar "Reading the Geopolitical Direction of President Prabowo: Revitalizing the Role of the Malay-Islamic World in the New Global Order."
Acara ini digelar sebagai forum ilmiah untuk membaca arah geopolitik Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto, sekaligus merumuskan ulang peran strategis dunia Melayu-Islam dalam percaturan global.
Sejumlah tokoh nasional dan akademisi internasional dijadwalkan hadir sebagai pembicara. Menag
Prof. Dr. KH Nasaruddin Umar,
MA, sebagai keynote speech sekaligus membuka acara secara resmi.
Gubernur Sumatera Utara, M. Bobby Afif Nasution, juga memberikan sambutan pada sesi pembukaan. Rektor UINSU, demikian juga Rektor UINSU Prof. Dr. Nurhayati, M.Ag juga menyampaikan pidato selamat datang kepada para tamu dan peserta dari dalam maupun luar negeri.
Selain tokoh nasional, konferensi ini menghadirkan para pakar dari berbagai universitas dunia, antara lain Prof. Dr. Tatiana Denisova dari University Technology Malaysia; Prof. Dr. Sher Banu A. Latiff Khan dari National University of Singapore; Dr. Azmil Tayeb dari University of Science Malaysia; Dr. Laurent Metzger dari University of La Rochelle, Prancis; Dr. Narong Hassane dari University of Fatoni, Thailand; serta Said Aldi Al-Idrus, SE., MM, Presiden Dunia Melayu Dunia Islam (DMDI).
Mereka akan membawakan materi mulai dari kajian historiografi Melayu, perkembangan Islam Nusantara, ekspansi ekonomi syariah global, hingga politik linguistik dunia Melayu di era modern.
Sebelumnya, dalam sambutan singkatnya, Rektor UINSU Prof Nurhayati mengatakan, keberhasilan kepemimpinan Presiden Prabowo dalam memperkuat soliditas kawasan, memperjuangkan perdamaian dan keadilan global, serta mendukung tatanan dunia baru bagi dunia Melayu-Islam, menjadi pijakan utama strategi pembangunan "multi poros" yang inklusif dan berkelanjutan.
Kita mengetahui bahwa Visi geopolitik Presiden Prabowo telah menempatkan Indonesia sebagai aktor sentral dalam percaturan global melalui diplomasi aktif dan fondasi pertahanan nasional yang kuat, khususnya di bidang maritim dan keamanan strategis. Pendekatan hedging yang dikembangkan mampu menjaga hubungan baik dengan kekuatan utama dunia sambil memaksimalkan posisi tawar Indonesia dalam berbagai forum internasional.
Lebih dari sekedar kepentingan nasional, Presiden Prabowo proaktif memperjuangkan isu Muslim global, termasuk membangun solidaritas untuk Palestina serta penguatan forum dunia Melayu Islam. Sebagai hasilnya, Indonesia kini dipandang sebagai mediator, jembatan kerja sama lintas blok, dan kekuatan menengah yang kokoh mengusung perdamaian serta keadilan global.
UINSU menegaskan komitmennya untuk menjadi pusat kajian strategis dunia Melayu-Islam serta ruang akademik bagi dialog lintas negara.
Forum ini diharapkan dapat memperkaya perspektif geopolitik kawasan, memperkuat solidaritas transnasional, dan membuka ruang kolaborasi baru antara institusi akademik, pemerintah, serta komunitas dunia Melayu-Islam dalam menghadapi dinamika tatanan global yang terus berubah. (bp/humas)
Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News
Editor
: Baringin MH Pulungan