Padang Pariaman, MPOL - Setiap orang ada masanya, setiap masa ada orangnya. Kolonel
Anas Malik, diamanahkan memimpin Kabupaten
Padang Pariaman, selama dua periode, 1980-1985 dan 1985-1990. Ketika itu, belum ada Kabupaten Kepulauan Mentawai, juga belum lahir Kota Pariaman. Dua daerah itu, masih dalam pangkuan Kabupaten
Padang Pariaman.
Baca Juga:
Anas memimpin Kabupaten
Padang Pariaman dengan "gaya" blusukan. Pagi hari, misalnya, berkeliling di kota Pariaman dengan naik sepeda. Sambil mengontrol Ketertiban Kebersihan dan Keindahan Kota Pariaman. Tak jarang terjadi dialog 'interaksi' pemimpin dengan warga, terutama yang sampahnya masih bersileweran di pekarangan rumah. Atau sebagian masyarakat menjemur pakaian di depan rumah. Anas minta sampah dibersihkan, dan pakaian dijemur dibagian belakang. Karena merusak pemandangan.
Pada awal Anas memimpin
Padang Pariaman, mantan Kepala Penerangan Laksusda Jakarta Raya ini, melakukan penertiban terhadap pantai Pariaman. Pantai yang jadi arena buang hajat masyarakat itu, ditertibkan melalui Peraturan Daerah. Mereka yang kedapatan buang air besar, akan dikenakan sanksi denda.
Tapi sebelumnya
Anas Malik menyiapkan dulu, sebagai antisipasi sejumlah WC umum dan memberikan secara gratis rangka WC siap bangun kepada masyarakat sepanjang pantai, yang rumahnya belum punya WC.
Faktanya, langkah Bupati
Anas Malik berbuah hasil. Pantai Pariaman, jadi bersih dan dihijaukan dengan pohon Aru. Walaupun Anas, tak lepas dari cemooh orang Piaman,"jauh-jauh dari Jakarta jadi bupati, hanya untuk membereskan urang tacirik," tapi Anas tak bergeming, justru cemooh itu, menjadi spirit bagi Anas, tokoh yang mendapat dukungan besar perantau
Padang Pariaman itu.
Langkah Bupati
Anas Malik menghijaukan pantai Pariaman, melahirkan seorang tokoh Kalpataru. Namanya, Zaini. Zaini menghijaukan pantai Pariaman, mulai dari pantai Sunur, hingga pantai Gasan, yang dikenal dengan objek wisata Pantai Aru Taba (Arta). Zaini, juga sempat diundang Walikota Padang Syahrul Ujud, untuk menghijaukan kawasan komplek Universitas Bung Hatta.
Tentang gaya pemerintahan
Anas Malik, penataan diawali dengan menyiapkan pejabat teras di kantor Bupati, mulai dari Camat hingga sekretaris daerah. Anas "mengajak" putra-putra terbaik daerah yang bertugas di provinsi, dan di kabupaten - kota di Sumbar, untuk pulang kampung guna membangun
Padang Pariaman yang sedang terpuruk. Bukan tak percaya kepada pejabat yang ada, namun
Anas Malik menangkap ada suasana yang kurang bersemangat,
Padang Pariaman seolah tertinggal di Sumbar, tanpa program unggulan, maka perlu refreshing pejabat teras. Ada, nama-nama pejabat itu antara lain, Baharudin Chatib, Asdisyah, Jalaluddin Jakfar, Firdaus Amin, hingga Martias Mahyudin.
Manunggal Bhakti, adalah strategi
Anas Malik dalam membuka isolasi daerah. Mengingat sebagian besar daerah di
Padang Pariaman masih terisolir, menggunakan transportasi kuda beban, banyak jalan tak layak dan jembatan tidak ada. Maka, Anas menggerakkan tenaga TNI bersama masyarakat bahu membahu, dengan kegiatan yang diberi nama Manunggal Bhakti. Langsung dibawah support Pemkab
Padang Pariaman.Dibangunlah sejumlah jembatan dengan memanfaatkan pohon kelapa, dan dibukalah berkilometer jalan baru.
Semangat kerja keras yang ditularkan
Anas Malik, itu, tak ayal berbuah manis, pada periode kedua kepemimpinan
Anas Malik, Kabupaten
Padang Pariaman meraih Pataka Parasamya Purna Nugraha. Merupakan penghargaan tertinggi dari pemerintah pusat terhadap sukses Pembangunan di
Padang Pariaman. Penghargaan diterima
Padang Pariaman seiring dengan penghargaan yang sama diraih provinsi Sumatera Barat dibawah kepemimpinan Gubenur Ir Azwar Anas.
Gambaran lain, kepemimpinan
Anas Malik, menyelesaikan setiap bengkalai di lapangan. Tak jarang, irigasi yang rusak, jalan yang harus diperlebar, tali bandar yang macet berdampak banjir diselesaikan Anas di lapangan. Anas memindahkan kantor Bupati ke lokasi irigasi, jalan dan tali bandar yang diperbaiki tersebut selama beberapa hari. Anas mentongkrongi kegiatan pekerjaan sampai tuntas. Kegiatan melibatkan masyarakat untuk "sato sakaki" dalam kegiatan pembangunan. Dengan dukungan dinas terkait. Ketika itu, Kadis PU-nya, Mukhtar M, orang tuanya Walikota Pariaman Yota Balad. Cukup sibuk di lapangan.
Suasana kebatinan lain, yang masih bisa dikenang adalah, dalam kapasitas Anas yang juga Ketua Umum PKDP Se Dunia, selain rajin berkeliling ke perantau, Anas juga memerankan diri sebagai "agen" perantau. Anas sering dititipi bantuan perantau untuk menyalurkan berbagai kegiatan pembangunan di kampung halaman, misalnya untuk pembangunan rumah ibadah, sekolah, maupun bantuan untuk bedah rumah. Artinya, Anas, selain Bupati masyarakat di ranah, juga Bupati perantau asal
Padang Pariaman, dimana saja penjuru dunia.
Anas Malik, membangun
Padang Pariaman, dengan semangat mambangkik batang tarandam dengan adigium; tangan urang Pariaman harus terampil, dada urang Pariaman senantiasa berdzikir, serta kepala urang Pariaman harus berfikir.
Selain mampu membawa
Padang Pariaman menjadi kabupaten nomor satu di Sumbar, juga ada prestasi luar biasa, Anas tanpa gembar gembor dalam pembangunan sumber daya manusia, berhasil mendirikan lima perguruan tinggi di
Padang Pariaman; Sekolah Tinggi Ekonomi Sumatera Barat (STE-SB), Akademi Koperasi Sumbar (AKOP), Akademi Pembangunan Pertanian (Apperta) Sumbar, Sekolah Tinggi Tarbiyah (STT) Sech Burhanuddin, Akademi Perawat Pemda, dan sebuah sekolah kejuruan Sekolah Menengah Pekerja Sosial (SMPS) di Lubuk Alung.
"Perguruan tinggi dan sekolah-sekolah itu, dibangun untuk memudahkan orang Pariaman menuntut ilmu, dan dengan biaya terjangkau," ungkap Bupati Haji
Anas Malik, putra Sungai Sariak Malai Sungai Limau, suami dari Hajjah Juwita Anas yang putri Sungai Geringging, mengungkap di balik gagasanya yang didukung Forum Ikatan Sarjana Piaman, ketika itu.***
Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News