Nias, MPOL - Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Republik Indonesia, Pdt. Penrad Siagian, melakukan kunjungan kerja selama sepekan penuh ke wilayah Kepulauan
Nias, Provinsi Sumatra Utara (Sumut).
Baca Juga:
Dalam kunjungan yang berlangsung sejak Jumat, 4 April 2025 hingga 11 April 2025 itu, Penrad mengunjungi Kota Gunungsitoli, Kabupaten
Nias,
Nias Selatan,
Nias Barat, dan
Nias Utara.
Selama kunjungan, Penrad menemui berbagai elemen masyarakat, mulai dari tokoh gereja, pimpinan sinode, organisasi masyarakat, hingga pejabat pemerintahan.
Ia secara langsung menyerap berbagai aspirasi dan masukan yang disampaikan oleh masyarakat setempat. Beberapa kantor pemerintahan yang turut disambangi antara lain Kantor Bupati
Nias,
Nias Utara, dan
Nias Selatan.
Dalam sejumlah dialog yang dilakukan, Penrad menyampaikan kegelisahannya atas berbagai tantangan pembangunan yang dihadapi Kepulauan
Nias.
Senator asal Sumut ini juga menyinggung sejumlah data yang menjadi dasar keprihatinannya.
"Ada kekhawatiran kami bahwa
Nias tidak ikut dalam arak-arakan
Indonesia Emas 2045. Hal ini kami sampaikan berdasarkan berbagai data yang kami terima, termasuk data BPS. Data anak putus sekolah, tingkat kemiskinan, nikah dini, dan lain-lain," ujar Penrad dalam keterangannya, Selasa, 15 April 2025.
Ia mengungkapkan bahwa fakta-fakta yang tertuang dalam data tersebut membuatnya prihatin sehingga menggugah hatinya untuk melakukan kunjungan ke Kepulauan
Nias.
"Data-data itulah yang membuat kami sedikit galau ketika ingin berkunjung ke Kepulauan
Nias," katanya.
Oleh sebab itu, ia menegaskan bahwa kunjungannya bertujuan untuk mengajak seluruh pihak agar bangkit dan bersatu mengejar ketertinggalan yang ada.
"Oleh sebab itu, kehadiran kami ke
Nias ingin meminta kepada seluruh stakeholder terkait untuk ikut berkontribusi dalam mengejar ketertinggalan ini. Kita ingin pada tahun 2045 mendatang, masyarakat
Nias ikut menjadi bagian dalam arak-arakan
Indonesia Emas itu," ucapnya.
Menurut Penrad, jika pendekatan pembangunan dilakukan secara konvensional,
Nias akan tertinggal semakin jauh dan gagal menjadi bagian dari kemajuan nasional di masa depan.
"Melihat data-data itu, kalau kita melakukan proses evolusi atau biasa-biasa saja, saya yakin
Nias tidak akan ikut (Indonesia Emas 2045). Maka harus ada langkah revolusioner yang harus dilakukan untuk mengejar ketertinggalan ini," tegasnya.
Selain soal pembangunan, Penrad juga menyoroti permasalahan mendasar yang masih dihadapi warga
Nias, yakni banyaknya warga yang tidak memiliki identitas kependudukan.
Ia menyebutkan bahwa dalam berbagai kunjungan ke daerah lain, ia kerap bertemu dengan warga
Nias yang hidup tanpa KTP.
"Di beberapa kesempatan, saya acap kali bertemu dengan warga
Nias yang tidak memiliki identitas atau kartu kependudukan. Mereka bertemu di luar Kepulauan
Nias, seperti Sibolga, Tapanuli Selatan, dan lain-lain," ujarnya.
Masalah tersebut, menurut Penrad, harus segera ditangani. Ia pun telah mengajak para pimpinan gereja untuk turut mengambil peran dalam membantu masyarakat.
"Saya meminta pendeta-pendeta yang ada di daerah tersebut untuk membantu mereka (masyarakat
Nias) untuk mendapatkan hak kewargaannya, terutama yang menjadi buruh-buruh perkebunan di berbagai daerah di Sumut" jelasnya.
Dengan latar belakangnya sebagai pendeta, Penrad menekankan bahwa perjuangannya bukan dilandasi kepentingan politik, melainkan tanggung jawab moral yang ia emban.
"Saya 'kan seorang pendeta, bukan politisi. Maka dari itu, ini menjadi beban moral bagi saya yang diperkenankan untuk ada di tempat ini dengan keterbatasan wewenangnya. Situasi dan kondisi itu membuat saya punya utang moral bagi saya," tuturnya.
"Dan itu kenapa kunjungan saya ke Pulau
Nias mengunjungi semua kepala daerah dan semua pimpinan gereja-gereja, hanya ingin mengajak 'ayo bersama-sama melakukan langkah revolusioner agar
Nias ikut dalam arak-arakan
Indonesia Emas 2045'," sambung Penrad.
Penrad mengajak seluruh elemen masyarakat untuk bergerak bersama, melampaui keterbatasan yang ada, demi masa depan yang lebih baik bagi Kepulauan
Nias.
"Bapak ibu semua, saya meminta, apa yang bisa saya lakukan ke depan sehingga gerak progresif revolusioner ini bisa berjalan. Saya mempunyai ruang gerak yang terbatas, tapi saya ingin maksimal untuk berbuat bagi Pulau
Nias," tegasnya.
Penrad menutup dengan harapan bahwa suara keprihatinan ini tidak berhenti sebagai wacana, tetapi menjadi panggilan bersama bagi seluruh masyarakat
Nias.
"Mungkin sudah ditangkap apa yang menjadi keprihatinan kami seperti apa yang saya sampaikan, dan kita harus bersama-sama berjalan karena kami anggap ini sebuah panggilan moral," ucap Penrad Siagian.**
Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News