Medan, MPOL -
Baca Juga:
Dewan Pengurus Cabang (DPC) Perhimpuan Advokat Indonesia (PERADI) Kota Medan diskusi publik bertemakan 'Kota Medan 5 Tahun ke Depan?'.
Acaranya di Hotel Emerald Garden Medan, Jalan Kl Yos Sudarso, Jumat (13/9/24).
Ketua Panitia M Hafiz Hasibuan SH mengucapkan syukur acara bisa berjalan lancar.
Namun, dia menyayangkan dalam acara diskusi publik ini yang hadir cuma Prof Ridha.
"Untuk pasangan lain yang tidak hadir saya hargai kesibukannya dan apapun alasannya. Itu dari mereka lah alasanya apapun itu tetap alasanlah," ucap Hafiz.
Namun, diskusi publik ini hanya dihadiri oleh Prof Ridha Dharmajaya. Belum diketahui pasti apa alasan dua pasangan calon (paslon) lain yakni Rico Waas-Zakiyuddin dan Hidayatullah-Yasir Ridho Lubis tak menghadirinya, padahal sudah diundang.
Pihak panitia juga mengundang dua Akademisi yakni Prof Dr Maidin Gultom dan Dr Janpatar Simamora serta praktisi hukum Dr Burhan Sidabariba.
Hadir juga yang mewakili pihak Polrestabes Medan yakni Kasat Reskrim Kompol Jama Kita Purba.
"Bagus sekali diskusi publik ini. Saya sangat menyukainya. Jadi kita punya ide dan gagasan, itu kita dichallenge berbagai tanggapan. Kita pertahankan ide dan gagasan kita, kita terbuka juga untuk dikoreksi. Kita apresiasi acara diskusi publik ini," ujar Prof Ridha.
Di hadapan para narasumber dan peserta lain, paslon yang diusung dan didukung PDIP, Hanura, PPP, Partai Ummat, Gelora, PKN dan PBB serta Partai Buruh ini bicara soal problem kemiskinan di Kota Medan.
"Buat saya harus segera dicari jalan keluarnya. Jadi karena saya dokter, cara berpikir saya kemiskinan ini sudah emergency. Kemiskinan di kota sangat luar biasa," ujar Ridha.
Pria lulusan kedokteran Universitas Sumatera Utara (USU) ini mau pastikan ada nasi panas di setiap meja makan warga Kota Medan. Filosofi nasi panas tersebut, lanjutnya, menunjukan ada seorang suami, istri yang memasak dan anak-anak yang makan nasi panas.
"Struktur keluarga yang sehat harus baik jasmani dan rohaninya," ucapnya.
Ridha bercerita saat blusukan ke suatu daerah. Dia melihat ada anak kurang gizi karena rambutnya pirang.
Hal ini, menurutnya, dikarenakan bapaknya ngelem dan terlilit utang rentenir.
"Hari ini profesi miskin terbanyak adalah nelayan. Solar mahal, masalah izin tangkap dan penjualan ikan. Kalau orang tua mampu, gak mungkin anaknya kurang gizi. Anak anak muda sekarang terjebak prostitusi karena gaya hidup, seperti mau beli gadget mahal. Nah, kalau orangtuanya mampu, anaknya gak mungkin terjebak seperti itu," jelasnya.
Selanjutnya, Ridha berbicara mengenai olahraga untuk anak SD dan SMP yang terbaik adalah berenang.
Dengan berenang, sambung Ridha, anak bakal memiliki pertumbuhan yang bagus.
"Sedangkan mengenai kesehatan, ada peluang industri. Pemerintah kota perlu punya kemampuan untuk industri yang punya penghasilan, jadi kita tak perlu bergantung dari pajak," pungkasnya.
Soal pembangunan, Ridha menyampaikan bahwa secara prinsip kalau menyangkut kepentingan umum dan ada pendapat ahli yang mendukung agar pembangunan dilanjutkan, tentu hal itu akan diprioritaskan.
Sementara itu, Ketua DPC PERADI Kota Medan Dwi Ngai Sinaga SH MH didampingi Sekretaris Gerald Partogi Siahaan SE SH MH MM menyebut acara diskusi publik ini berjalan dengan sukses.
Namun, dia mengaku perlu dipahami latar belakang kegiatan ini adalah organisasi advokat merupakan kontrol sosial.
"Jadi apa menjadi niat kami, jadi ingat Peradi RBA tidak terafiliasi dengan partai politik. Jadi gagasan ini mengingat menimbang banyak sekarang proyek lima tahunan yang mana ada titipan money politik. Sehingga hari ini kita mencoba cerdaskan masyarakat dengan mengundang tiga kandidat," katanya kepada wartawan.
Dwi Ngai menyayangkan dua kandidat paslon Walikota-Wakil Walikota Medan yang tidak hadir dalam diskusi publik ini.
Advokat inipun merasa kecewa. "Kegiatan ini terdiri dari teman-teman advokat, akademisi, mahasiswa dan beberapa elemen masyarakat. Boleh dilihat tadi mereka sangat kecewa. Kecewanya kenapa, meraka ini pengen melihat gagasan loh, mereka tidak berharap didatangi mereka sudah datang aja tapi narasumber tidak hadir, itulah kekecewaan kita," pungkasnya.
Melalui kegiatan ini, lanjut Dwi Ngai, masyarakat bisa tercerdaskan memilih siapa yang terbaik. Dia sangat bangga dengan kegiatan ini karena langsung terjun ke masyarakat dan mengedukasi.
Untuk dua paslon lain yang tidak berani hadir, Dwi Ngai menyinggung soal mental.
"Untuk dua paslon yang tidak berani hadir pada hari ini, kita bicara mental. Seseorang pemimpin itu harus bermental, jadi harapannya masyarakat bisa cerdas memilih. Tapi ingat, saya mengucapkan itu tidak terafiliasi pada satu pasalon, cuman saya sedikit kecewa nya sudah jauh jauh hari kita koordinasi tapi ternyata enggak datang," pungkasnya.
Dia berharap, untuk lima tahun ke depan ada penerus yang lebih baik dari Walikota Medan sebelumnya.
DPC PERADI Medan sendiri merupakan organisasi pertama yang mengadakan diskusi publik ini.
"Memang pasti calon akan membilang ini bukan wadah resmi diskusi tapi ingat. Tidak hanya di KPU saja yang bisa diskusi, tapi masyarakat itu butuh edukasi. Ada organisasi yang memfasilitasi tapi tidak hadir untuk apa. Apa mau kita buat," ucapnya sambil kecewa.
Tak lupa, Dwi Ngai mengapresiasi kepada panitia karena kegiatan ini terlaksana dengan baik dengan jangka waktu 10 hari. (*)
Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News